Ruang Untukmu
Bab 1066

Bab 1066 

Bab 1066

Rendra baru saja mengalami nyeri dada. Apakah keadaannya sudah membaik sekarang?

Bagaimana kalau dia pingsan di ruang kerja atau kamarnya dan tidak ada orang di dekatnya yang mengawasi?

Raisa langsung bangkit dari kasur, memakai sandal tidurnya dan bergegas keluar. Dia langsung menuju ruang kerja di mana Rendra mungkin berada dan perlahan memutar kenop pintu, tetapi dia sudah tidak ada di sana.

Apakah dia sudah kembali ke kamarnya? Dengan dorongan keberanian yang aneh, Raisa bergegas menuju kamarnya.

Setibanya di depan pintu kamar, Raisa mengambil napas dalam–dalam. Sambil berpikir bahwa memastikan keselamatannya adalah hal paling penting apapun yang terjadi, dia kemudian. mengetuk pintu.

Namun, saat pintu terbuka dari dalam, yang dilihat Raisa bukan sosok yang berpakaian lengkap, tetapi laki–laki yang baru selesai mandi, hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya. Rambut hitamnya masih basah dan meneteskan air, dan pandangannya seketika tertuju pada ototnya yang kencang dan perutnya yang rata.

tidak

“Ahh!” Raisa segera menutupi wajahnya dan membelakanginya. “Maafkan saya, saya sengaja. Saya hanya khawatir akan keadaanmu, maka saya datang untuk memastikannya.”

Bibir Rendra melengkung ke atas, membuat lesung pipinya yang menawan terlihat. Perempuan ini cukup berani mengetuk pintu kamarnya tengah malam.

“Bukankah kamu ke sini untuk melihat keadaan saya? Kenapa malah berpaling?” Suaranya yang dalam dan menggoda terdengar dari belakang.

Raisa menggeleng. Mana mungkin dia berani menatap?

“Hiss…” Tiba–tiba, Raisa mendengar suara lirih di balik napasnya dalam kesakitan.

Tanpa sadar Raisa melepas tangan yang menutupi matanya dan berbalik untuk melihat apa yang terjadi dan hanya mendapatkan wajah tampan dengan senyum meledek. Rupanya dia hanya

pura–pura.

“Kamu…” Raisa merasa marah sekaligus kesal.

“Masuklah.” Suara Rendra sedikit parau, lembut tetapi mendominasi.

Tentu, Raisa tidak berani masuk ke dalam! Atmosfer di sekeliling laki–laki itu terasa sangat berbahaya, dan dia tidak ingin…

Sebelum selesai berpikir tentang hal itu, Rendra sudah meraih lengan Raisa yang ramping, kekuatannya membuat tubuhnya langsung terdorong ke dadanya, dan pintu di belakangnya segera tertutup. Yang tercium oleh Raisa adalah aroma mint dari tubuhnya yang segar seusai mandi dan juga sensasi maskulinitasnya. Napas Raisa berpacu cepat, otaknya berdengung, tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Haruskah dia mendorongnya atau membiarkannya memeluknya seperti ini?

“Maukah kamu menemani saya minum?” tanya Rendra dengan suara rendah, kemudian melepasnya.

Raisa memandangi lemari anggur di samping sofa di kamar itu, di mana ada satu botol anggur merah yang sudah terbuka. Sepertinya dia memiliki kebiasaan meminum anggur sebelum tidur.

“Ti–Tidak usah.” Dia menggerakkan tangan menolaknya. Suasananya sudah terasa canggung, dan jika mereka minum anggur, Raisa tidak akan mampu mengontrolnya.

“Apakah kamu takut saya akan melahapmu?” Rendra mengerucutkan bibir lalu tersenyum. “Meskipun sangat ingin, saya tetap akan menghargai keinginanmu.”

Ucapannya juga menyiratkan bahwa selama Raisa setuju, dia akan melakukan apapun.

Rona pipi Raisa menyebar sampai ke ujung telinga. Lalu, dia membuka pintu kamar dan keluar, tidak lupa menoleh ke arahnya untuk mengingatkan, “Saya tidak minum anggur. Selain itu, kamu harus mengurangi minum dan tidur cepat. Jika ada masalah, cepat hubungi saya.”

Setelah berkata, Raisa menutup pintu dan kembali ke kamarnya, sementara lelaki itu menghela napas tidak berdaya. Kenapa dia tidak berada di kamarnya saja? Kenapa dia harus muncul di hadapan saya? Apakah dia menganggap saya tidak cukup mandi dengan air dingin belakangan ini? Jika sering mandi air dingin, saya benar–benar akan sakit karena dia. Sambil memikirkan hal itu, Rendra meneguk anggurnya.

Setibanya di kamar dan menutup pintu, Raisa masih berpikir apakah perlu untuk mengunci pintunya, tetapi memutuskan bahwa Rendra tidak akan menghampirinya di tengah malam. Dia percaya pada karakternya. Setelah seharian merasa ketakutan, terkejut dan lelah, dia pun tertidur tak lama setelah berbaring di atas kasur.

Tengah malam, Raisa terbangun karena mendengar suara. Dia segera bangkit karena kaget dan mendengar dengan hati–hati gerakan yang terjadi di luar. Sudah pasti seseorang sedang berbincang.

Raisa terkejut sehingga membuka selimutnya dan bangkit dari kasur. Apa yang terjadi? Apakah sudah terjadi sesuatu pada Rendra? Dia segera membuka pintu kamar, menyadari lampu vila menyala. Dia melihat Emir sedang berdiri di lorong dan dengan panik bertanya, “Emir, apa yang terjadi padanya?”

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report