Ruang Untukmu
Bab 571

Bab 571

Ruang Untukmu

Bab 571

“Apa kamu tahu bahwa saya sadar selama sekitar sepuluh detik malam itu? Dan betapa sakitnya saya mendengar apa yang kamu katakan kepada Elsa?” tanya Frans.

Wajah Pingkan memucat pada kenyataan itu saat dia menarik napas tajam dan ketakutan. Dia sadar?

“Maafkan saya, Frans. Saya salah. Tolong beri saya kesempatan lagi. Bantu saya dan saya akan melakukan apa pun seperti yang kamu katakan untuk membalasmu seumur hidup saya.” Pingkan rela melakukan apa saja hanya untuk meninggalkan tempat yang mengerikan ini.

Frans menggelengkan kepalanya. “Saya di sini bukan untuk mengeluarkanmu. Kamu harus menebus dosa–dosamu itu.”

“Frans, maafkan saya! Saya salah…” Dia mulai meratap sangat kencang.

Tetap saja, Frans tidak tergerak saat dia melanjutkan dan bertanya, “Dan bagaimana dengan identitas Elsa yang sebenarnya? Saya yakin kamu telah menggunakan darah Tasya untuk menggantikan darahnya untuk menipu saya. Kamu sudah memanfaatkan saya untuk membesarkan putrimu selama lebih dari dua puluh tahun dan belum lagi, beginikah caramu memperlakukan putri saya? Kamu sungguuh tidak berperasaan, Pingkan.”

“Bagi Elsa, kamu selalu menjadi ayahnya. Dia putri yang baik dan dia menyayangimu.” Pingkan mencoba memberikan kata–kata yang baik untuk putrinya.

“Jika dia benar–benar menyayangi saya, dia tidak akan bersekongkol denganmu untuk berkonspirasi melawan saya dengan mengubah wasiat terakhir saya dan mengambil perusahaan saya. Dan yang pasti, dia tidak akan membunuh seseorang hanya untuk menyembunyikan kebenaran identitasnya!”

“Elsa masih muda, itu sebabnya di melakukan itu semua. Dia tidak tahu apa–apa. Tolong selamatkan dia! Dia putrimu!” pinta Pingkan.

“Tasya akan berurusan denganmu dan Elsa karena dia berhak melakukannya. Semuanya akan dilakukan sesuai dengan perintahnya dan saya tidak akan ikut campur dalam masalah ini,” kata Frans sambil mengingatkan Pingkan akan kehancurannya.

Saat realisasi untaian harapan terakhirnya menghilang, mata Pingkan melotot ketakutan. “Apa? Kamu akan membiarkan dia mengurus semuanya? T–tidak. Frans, dia sangat membenci saya; dia akan membunuh kami! Saya mohon padamu. Tolong selamatkan kami!”

“Jika kamu memperlakukannya dengan baik, dia tidak akan berbuat sejauh ini. Itu karma atas semua yang kamu perbuat.” Kunjungan di ambang kematian telah menghilangkan kabut di benaknya. Frans telah memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan putri kandungnya dalam ketenangan; yang lain tidak akan bisa mengganggunya sedikit pun lagi.

Setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan, Frans beranjak untuk pergi.

“Frans. Frans! Jangan pergi! Tolong, selamatkan saya!” Wanita yang putus asa itu membenturkan kepalanya ke penghalang transparan terus menerus dalam upaya untuk membuat Frans tetap tinggal.

Tetap saja. Frans tidak memedulikan suara itu dan pergi tanpa menoleh.

Sementara Pingkan yang ditahan petugas tidak merasakan sakit sedikitpun meski mengeluarkan darah. Sebaliknya, keputusasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya menelannya sedikit demi sedikit.

Pameran perhiasan dimulai sesuai jadwal pada pukul 14:00 pada hari Jumat dan diperkirakan akan berakhir pada pukul 21:00.

Karena perhiasan Tasya akan dipajang pada sore hari, dia dan Felly berjanji untuk bertemu bersama. Mereka duduk di barisan depan, yang merupakan tempat terbaik untuk menonton pameran itu.

Di bawah mantel panjang Tasya adalah gaun hitam yang memeluk sosoknya dengan sempurna. Terlepas dari warnanya yang tidak mencolok, dia memberikan keanggunan yang dapat dengan mudah memikat orang lain dengan hanya satu gerakan.

Pembukaan upacara kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan perhiasan dimana para model mulai tampil di tengah panggung dan mempersembahkan perhiasan–perhiasan yang dijiwai dengan gaya eksotis dari seluruh dunia. Serupa dengan penonton lainnya, Tasya sedang bersenang–senang sambil mendiskusikan fitur–fitur desain dengan Felly di waktu–waktu tertentu.

Terakhir, karya Tasya ‘Gloria‘ disebutkan di samping namanya saat pembawa acara memperkenalkan desain selanjutnya.

Jantung Tasya berdegup sangat kencang dan tak lama kemudian, dia melihat kalung yang dikenakan di leher seorang model. Tulang selangka model yang memikat melengkapi perhiasan itu dengan baik dengan menarik semua mata ke benda itu saat berkilauan di bawah lampu yang meneranginya.

Segera, model itu menjadi pusat perhatian, kerumunan itu menjadi keributan yang hening dengan suara gumaman yang bergema samar–samar.

Setelah beberapa putaran panggung peragaan, para model mundur ke belakang panggung, di mana sejumlah orang kaya menyatakan ketertarikan mereka terhadap Gloria. Bagaimanapun, perhiasan itu adalah perhiasan unik yang layak ditambahkan ke koleksi mereka.

“Maaf, tapi set ini sudah diambil.”

“Apa? Seharusnya saya yang tercepat. Siapa dia?” wanita kaya itu menggeram tidak setuju.

“Orang ini adalah Pak Elan dari Grup Prapanca. Dikatakan bahwa dia ingin memberikannya kepada kekasihnya,” jelas sang manajer.

Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report