Ruang Untukmu
Bab 456

Bab 456

Bab 456

Tasva seketika menolak permintaan Luki, “Jangan meminta hal itu. Saya sama sekali tidak bisa menyanyi. Saya bahkan tidak bisa menari.”

Mata Lukimenatapnya dan dia menghela napas, “Memang benar, ya, apa yang dikatakan orang. Mobil bagus cocok untuk wanita cantik. Bukankah Anda terlalu cantik untuk mobil ini. Nona Tasya?”

“Anda sendiri juga laki–laki tampan, Wakil Presdir Luki,” ujar Tasya memuji Luki.

Seketika Luki berkeringat dingin saat dia mendengarnya. “Oh, tidak! Pak Elan adalah orang paling tampan malam ini.”

Luki beralih ke Elan dan tertawa lalu bertanya, “Pak Elan, apakah Anda mau naik ke atas panggung dan mengatakan sepatah dua patah kata untuk para hadirin yang datang?”

Elan melambaikan tangannya karena dia tidak mau melakukan itu. Tasya pun kembali ke tempat duduknya setelah dia mengambil hadiahnya. Dia menatap Elan dengan pasrah agar Elan tidak menatapnya.

“Momen bahagia memang berlalu begitu cepat. Sekarang kita hampir tiba di penghujung acara dari perayaan tahunan kali ini. Tapi sebelum itu, kami sudah menyiapkan pesta untuk Anda semua bersenang–senang.” Setelah mengatakan hal itu, Luki pun turun dari atas panggung dan acara pun berlanjut.

Setelah lampu aula dinyalakan, para tamu mulai beralih ke ruangan lain untuk pesta. Di saat yang bersamaan, ponsel Elan berdering, jadi dia beranjak dari tempat duduknya untuk mengangkat telepon.

Felly, dengan tatapan penuh rasa iri, mendekat pada Tasya. “Lihat betapa keras usaha Pak Elan untuk membuatmu bahagia!” ujar Felly sambil menghela napas.

Tasya hanya tersenyum, setuju dengan perkataan Felly. Elan benar–benar melakukan semuanya demi membuatnya bahagia.

Felly lalu berkata, “Apa kamu tahu kalau Alanna ada disini?

Tasya terkejut mendengarnya. Dia melihat sekeliling dan seketika teringat akan sesuatu. Dia pun berkata pada Felly. “Felly, saya permisi sebentar, ya.”

Alanna pasti akan menggunakan kesempatan saat Elan keluar mengangkat telepon untuk berduaan dengannya. Saat Tasya berjalan menuju lorong arah Elan pergi, dia melihat Alanna berdiri di samping Elan, di ujung lorong. Saat itu Tasya berencana untuk menyela pembicaraan mereka saat dia sudah dekat dengan mereka.

“Tolong maatkan saya, Elan. Waktu itu saya mabuk. Saya hanya ceroboh saat saya sedang mabuk,” ujar perempuan ilu penuh rasa penyesalan,

“Nona Alanna,” ujar Clan dengan nada dingin, “Saya tidak masalah dengan hal ini. tapi saya tidak ingin bertemu Anda. Tolong, pergilah.”

“Maatkan saya, Elan. Bisakah kamu memaafkan saya kali ini saja demi Ayah saya?” Ujar Alanna sambil menangkupkan tangannya. Dia memasang wajah memelas dan berkata, “Saya janji tidak akan mengulanginya lagi.”

Saat itu, Tasya merasa kalau inilah saatnya dia menyela pembicaraan mereka. Dia pura–pura sedang mencari seseorang lalu berlari ke arah Elan saat dia melihat Elan.

“Ternyata kamu di sini, Elan. Wakil Presdir Luki sedang mencarimu.”

Setelah berkata seperti itu, dia melingkarkan tangannya di tangan Elan dan berpura pura seolah baru saja menyadari kalau ada Alanna. “Anda ada di sini juga, Nona Alanna?”

Setelah tadi Alanna memaksakan diri untuk menangis, dia mengalihkan wajahnya dari Tasya.

Tapi, Tasya tidak peduli dengan Alanna dan menarik tangan Elan. “Ayo pergi,” ujar Tasya. “Ayo kembali ke aula pesta.”

Melihat ini, seketika Alanna menatapnya tajam. Dia tahu kalau Tasya sengaja menyela permintaan maafnya pada Elan tadi.

“Saya tidak menyangka Anda masih berani bertemu Elan lagi, Nona Alanna. Anda benar–benar tidak tahu malu!” ujar Tasya sambil mencibirnya.

“Tasya Merian! Kamu,”

Tasya seketika memotong perkataan Alanna sebelum dia sempat menyelesaikan perkataannya. “Anda seharusnya berterima kasih pada saya karena sudah menghentikan Anda sebelum sempat membuat masalah yang tidak bisa Anda pertanggung jawabkan.”

“Beraninya kamu?” saat itu wajah Alanna pucat pasi.

Tasya hanya tersenyum. “Lupakan saja! Tidak perlu berterima kasih pada saya.”

Saat itu, mata Elan menatap Tasya. Tatapan yang sebelumnya tampak dingin kini menatap Tasya dengan tatapan penuh cinta.

Kamu mau saya berterima kasih padamu? pikir Alanna. Saya sangat membencimu sampai says ingin membunuhmu! Rencana saya gagal gara–gara kamu!

Alanna banya mengatakan itu dalam hatinya. Lalu dia berkata dengan tenang, “Nona Tasya, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Elan. Tolong beri kami sedikit

privasi.”

“Oh–kalau begit: maalkan saya. Saya juga ada hal penting yang harus dibicarakan dengan Elan. Jadi saya harus bersamanya.” Ujar Tasya sambil melingkarkan tangannya ke lengan Elan. “Ayo, Elan!”

Elan membalas sikap Tasya sambil melingkarkan tangannya di pinggang Tasya lalu bersenandung bahagia.

Setelah mengatakan hal itu, keduanya pun pergi. Sementara Alanna hanya bisa menatap mereka. Rencananya untuk meminta maaf pada Elan pun gagal lagi.

Awas ya kamu, Tasya! Saya pastikan kamu akan dapat balasan untuk ini!

Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report