Ruang Untukmu
Bab 447

Bab 447

Bab 447

“Tasya, maukah kamu pulang ke rumah untuk makan malam pada Malam Natal nanti?” Frans bertanya sebelum dia pergi.

Melihat mata ayahnya yang menatapnya penuh harap, Tasya berpikir sejenak dan berkata, “Tentu. Aku akan membawa Jodi pulang pada Malam Natal.”

Mendengar itu, wajah Frans berseri–seri. “Bagus! Aku akan meminta Pingkan untuk menyiapkan lebih banyak makanan, terutama beberapa makanan kesukaan Jodi,” katanya dengan penuh semangat.

Tasya mengerti bahwa ayahnya hanya ingin keluarga menjadi harmonis, tetapi ada hal–hal tertentu yang tidak dapat diubah seperti menghilangkan kebencian Pingkan dan Elsa padanya.

Saat Tasya melaju keluar dari tempat parkir dengan mobil sportnya, dia berpapasan dengan mobil Romi. Dia berhenti dan menurunkan jendela untuk melambaikan tangan padanya. Demi sopan santun, Romi pun menurunkan jendela dan melambai balik ke arahnya. Hati Romi benar–benar terpikat olehnya.

Tasya tampak memukau dan elegan dengan mengenakan setelan jas dan mengendarai mobil sport abu–abu.

“Tasya, jangan laju–laju,” kata Romi.

“Iya. Terima kasih.” Setelah mengatakan itu, Tasya menginjak pedal gas dan pergi.

Mobil sport itu melaju sepanjang jalan tanpa berhenti. Saat dia menyadari sekarang sudah jam 2 siang, dia penasaran apa yang Elan dan Jodi lakukan setelah makan

siang.

Ketika dia sampai, sistem gerbang secara otomatis memverifikasi mobil sport Elan dan mengizinkannya masuk. Setelah dia memasukkan kata sandi dan berjalan ke dalam rumah, dia merasa Elan dan Jodi tidak ada di sana. Namun, saat Tasya hendak menuju ke lantai atas, dia mencium aroma terbakar yang berasal dari dapur.

Dia terkejut dan dengan cepat meletakkan tasnya lalu berlari ke dapur. Namun, dapurnya masih bersih dan rapi. Hanya ada beberapa sayuran di atas meja. Kemudian dia menyadari bau terbakar itu berasal dari panci di atas kompor. Dengan rasa penasaran, dia pun mengintipnya dan merasa geli sekaligus terharu.

Ternyata, Elan gagal memasak makan siang untuk anaknya. Apa sekarang dia mengajak Jodi keluar untuk makan?

Tasya melepas jasnya dan mulai membersihkan dapur. Setiap kali dia merapikan sesuatu, dia bisa membayangkan bagaimana Elan bekerja keras di dapur. Sebagai

tuan muda yang manja, pasti sulit baginya untuk belajar memasak.

Setelah dia selesai membersihkan dapur, dia duduk di ruang tamu dan mulai membaca dokumen yang dia bawa kembali dari perusahaan. Mengelola perusahaan konstruksi memang menantang baginya, tetapi dia tidak akan mundur.

Dia memeriksa dokumen–dokumen itu dan tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore lebih sedikit. Dia mulai mengantuk dan hampir tidak bisa membuka matanya. Akhirnya, dia berbaring di sofa dan tertidur.

Tidak lama kemudian, Elan dan Jodi pulang dari makan siang dan masuk ke dalam rumah. Begitu mereka memasuki ruang tamu, mereka melihat Tasya yang sedang tidur di sofa. Setelah melihat itu, Elan menyuruh Jodi yang berdiri di sampingnya untuk diam. Jodi pun menurutinya dan tetap diam.

Saat itu musim hujan. Sekalipun Tasya mengenakan mantel, dia masih bisa merasakan kedinginan. Namun, tampaknya Tasya terlalu lelah untuk bergerak. Jadi, Elan memberi isyarat kepada Jodi bahwa dia akan membawa Tasya ke atas untuk

tidur.

Jodi mengangguk dan tersenyum sambil menutupi mulutnya dengan telapak tangannya, Kemudian, dia menunjuk ke atas, mengisyaratkan bahwa dia akan menghabiskan waktu di ruang bermain.

Elan mengangguk sebagai jawaban. Setelah jodi naik ke atas, Elan duduk di samping Tasya dan meraba tangannya. Tangannya sangat dingin saat disentuh.

Apa dia tidak takut masuk angin? Kemudian, Elan tersenyum melihat dokumen yang masih dipegangnya di tangannya, Hmm. Dia sangat bekerja keras.

Elan pun mengambil dokumen itu dari tangannya, lalu membungkuk dan menggendongnya.

Wajah Tasya jadi bersandar di dadanya. Dia tidak bangun dan tetap tertidur lelap seolah–olah mengetahui bahwa Elan sudah pulang.

Saat Elan membawanya ke atas, awalnya dia berpikir untuk membawanya kembali ke kamar Tasya sendiri Namun, di tengah jalan, dia berubah pikiran dan menuju ke kamar tidur utama.

Tasya meringkuk di ranjang abu–abu besar milik Elan dalam posisi yang nyaman dan tertidur pulas.

Seakan tertular dengan rasa kantuknya, Elan pun mulai merasa sedikit mengantuk. Kemudian Elan berbaring di samping Tasya dengan lengan yang menopang wajahnya sambil menatap wajah Tasya. Napas wanita itu tampak teratur dan sudut mulutnya sedikit melengkung ke atas.

Sementara Tsya masih tertidur lelap dan tidak tahu sosoknya sangat dikagumi oleh Elan.

Elan menatap lembut alis dan hidung Tasya, kemudian tatapannya berhenti di bibir merah Tasya yang sedikit mengerucut. Bibir merah itu tampak memancarkan aura yang sangat menarik untuknya.

Awalnya, Elan berusalia menahan keinginannya, tetapi karena terlalu sulit untuk menahannya, dia pun menyerah lalu membungkuk dan mengecup bibirnya.

Namun, sentuhan lembut itu membuatnya menginginkan lebih.

Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report