Ruang Untukmu
Bab 380

Bab 380

Ruang Untukmu

Bab 380

“Tidak, saya tidak bermaksud seperti itu. Karena Anda berdua adalah anak Pak Frans, itu berarti Anda sama-sama sciara,” ujar Romi.

“Pak Romi, dimana Ayahku?”

“Beliau sedang ada rapat dengan klien.”

“Pak Romi, laporkan semuanya tentang perusahaan ini padaku. Aku ingin dilibatkan dalam bisnis Ayahku,” ujar Elsa.

Meskipun dia jijik dengan Elsa, Romi memaksakan dirinya untuk tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “Tentu saja.”

“Kalau begitu, aku pergi dulu.” ujar Tasya yang tidak mau ada di dekat Elsa lebih lama lagi.

“Nona Tasya, Pak Frans meminta saya untuk menemani Anda berkeliling perusahaan.” Ujar Romi. Dia tidak akan membiarkan Tasya pergi begitu saja.

“Aku juga ikut,” pinta Elsa.

“Ayo.” ujar Tasya sambil menganggukkan kepalanya dan pergi bersama Romi, sementara Elsa segera mengambil tasnya dan mengejar mereka. Tapi, saat dia sampai di lantai satu, ELsa melihat mobil Romi sudah pergi tanpa menunggu dirinya. Ini membuatnya sangat jengkel sampai dia menghentakkan kakinya berulang kali dengan putus asa.

“Dasar Romi bajing*n! Beraninya kamu mengabaikanku?! Lihat saja nanti, aku akan membalasnya!”

Sebenarnya, Romi memang sengaja meninggalkan Elsa untuk mendapatkan perhatian Tasya, tapi di tengah jalan, Romi baru sadar kalau Tasya hanya menatap ke luar jendela seperti sedang memikirkan sesuatu. “Apa ada sesuatu yang mengganggu Anda, Nona Tasya?

“Oh, bukan apa-apa.” Tasya menggelengkan kepalanya. Saat itu, hujan perlahan turun. Semakin lama, hujan turun semakin deras. Romi menyarankan untuk berhenti di kafe terdekat sambil menunggu hujan reda lalu kembali melanjutkan perjalanan mereka.

“Baiklah,” ujar Tasya setuju. Dia tidak mau membahayakan nyawa mereka dengan berkendara di hujan yang deras seperti ini. Romi pun berhenti di sebuah kafe. Mereka pun menunggu hujan reda disana.

Tak lama, peur menyambar di langit dan gemuruh guntur menggelegar di seluruh kota. Sementara itu, Elan sedang ada di kantor Grup Prapanca, hendak menandatangani sebuah dokumen pun terdiam. Sekeuka, dia teringat wajah takut Tasya saat mendengar suara petir. Dla segera mengirim pesan pada Tasya. Kamu dimana?‘Tapi, setelah sepuluh menit tidak ada balasan, dia mulai kehilangan kesabaran dan bertanya-tanya apakah perempuan itu benar-benar melupakannya. Elan pun akhirnya menelpon Tasya.

Di satu sisi, Tasya menatap layar ponselnya, terdiam dan bertanya-tanya kenapa laki-laki ini terus saja mengganggunya.

“Kenapa Anda tidak mengangkat teleponnya?” tanya Romi.

“Ini udak penung,” ujar Tasya mengabaikan teleponnya.

Tapi, Romi udak sengaja melihat nomor yang menelpon Tasya. Ada nama Elan di layar ponselnya,

Bagi laki–laki sukses dan berkuasa seperti Elan, aku yakin dia pasti bisa mendapatkan hati Tasya. Tapi dengan statusnya itu, dia bisa mendapatkan perempuan manapun. Aku tidak yakin kalau anak perempuan dari keluarga kaya lainnya bisa mendapatkan hati Elan. Pikir Romi

Saat itu Tasya mendengar sebuah suara notifikasi dari ponselnya, dan dia membaca isi pesan iru. Aku akan ke tempatmu.‘ Tasya hanya memicingkan matanya, bertanya-tanya kenapa laki-laki itu ingin bertemu dengannya di hujan deras seperti ini.

Aku sekarang tidak di rumah, jadi jangan ganggu aku.‘ balas Tasya.

Kamu dimana? Aku akan datang dan menemanimu.‘ balas Elan.

‘Tidak perlu. Sudah ada yang menemaniku.‘balas Tasya lagi.

Siapa?” Aku dan Pak Romi sedang di kafe.‘balas Tasya singkat.

Kalian sedang kencan?‘ tanya Elan.

Anggap saja begitu.‘ balas Tasya. Dia tidak mau menjelaskan semuanya dengan deuil. Tapi, seketika ponselnya berdering. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia pun mengangkat telepon itu dan bertanya. “Bisakah kamu tidak menggangguku?””

“Aku akan menemuimu di kantor Ayahmu sekarang,” ujar Elan.

“Sekarang? Sekarang hujan sangat deras, kenapa kamu mau menemuiku?” tanya Tasya terkejut mendengar jawaban Elan.

“Sampai ketemu.” Elan menutup teleponnya tanpa mengatakan apapun.

Dalam hatinya, Tasya menganggap Elan sudah gila. Apalagi, siapa yang mau pergi keluar disaat hujan deras seperti ini? Tapi dia bersikeras untuk bertemu dengannya di perusahaan Frans.

“Pak Romi, ayo kita kembali ke kantor. Hari ini hujannya sangat deras, jadi lebih baik kita mengunjungi anak perusahan lain kali saja,” ujar Tasya sambil menatap Romi.

“Apa? Apa kita harus kembali ke kantor sekarang?” tanya Romi terkejut.

“Iya,” ujar Tasya sambil bergegas membayar pesanan mereka sebelum Romi melarangnya.

Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report