Ruang Untukmu -
Bab 1084
Bab 1084
Bab 1084 Kamu Milik Saya
“Kamu milik saya.” Suara seraknya bergema di suasana yang gelap dengan sedikit rasa posesif.
Suaranya dipenuhi dengan hasrat dominan yang gila sehingga Raisa merasa dia perlu melakukan sesuatu untuk membalasnya. Dia memikirkannya dan melingkarkan tangannya di leher Rendra. Kemudian, tanpa rasa malu, Raisa mulai mencium bibirnya.
Seketika, napas pria itu menjadi lebih berat dalam kegelapan saat dia memujinya, “Saya sangat menyukainya.”
Wajahnya terus membara saat sebuah pikiran muncul di benaknya. Dia ingin mendorong pria itu ke tempat tidur, tetapi tidak berani melakukannya. Suasana saat itu sangat berbahaya.
“Ha…” Pria itu mendorong dirinya dari wanita itu dan menarik selimut menutupi tubuhnya. “Kamu harus tidur. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan.”
“Tapi Emir bilang kamu tidak boleh begadang.” Raisa mengingatkannya.
“Kalau begitu, apa kamu ingin saya memelukmu hingga tertidur? Mmm?” gumamnya menggoda, menarik hati sanubarinya.
Raisa menarik selimut dengan cepat ke lehernya dan menolak tawarannya dengan tegas, “Tidak.”
Rendra berniat untuk pergi, namun dia tetap membungkuk dan mencium keningnya dengan lembut. Seolah–olah dia ingin menebus kesalahannya karena tidak bisa berada di sisi Raisa. Dia menyelipkan tangan Raisa ke dalam selimut, lalu berdiri dan pergi. Senyum hangat terpancar saat dia menatap langit–langit dalam kegelapan.
Raisa kelelahan setelah ciuman panjang yang mereka lakukan. Mereka berciuman terus menerus selama lebih dari 10 menit. Dia tidak tahu bagaimana seorang pria yang belum pernah
berpacaran bisa memiliki kemampuan berciuman yang fantastis. Raisa bahkan menduga bahwa pria itu diam–diam memiliki banyak kekasih sebelum dirinya.
Namun, pikirannya sedang pusing dan dia tidak punya waktu untuk menyelidiki masalah itu. Oleh karena itu, dia berbalik, memejamkan mata dan tertidur.
Emir menahan rasa lelahnya di ruang tunggu sebelah sambil menemani bosnya bekerja hingga larut malam. Direktur rumah sakit mendengar berita tersebut dan bahkan datang untuk menyarankan Rendra untuk beristirahat, tetapi sayangnya, bahkan dia tidak bisa meyakinkan Rendra untuk tidur.
Mereka bekerja hingga pukul 2.00 pagi sebelum Emir mengikuti Rendra keluar dari ruangan sambil menguap. Rendra membuka pintu kamar sementara Emir mencari sofa dan berbaring.
Rendrá merebahkan diri di sisi tempat tidur, membuka selimut, dan berbaring. Sambil memperhatikan gadis itu dengan lembut dalam tidur nyenyak, dia dengan lembut melingkarkan lengannya di tubuh Raisa agar gadis itu bisa tidur dalam pelukannya. Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya dan memuaskan sebagian keinginannya tadi, dia akhirnya bisa memeluk Raisa dan tidur dengan nyenyak.
Namun, sebelum dia memejamkan mata, dia mencium keningnya dengan lembut lagi. “Selamat
ulang tahun, Raisa.”
Keesokan paginya, saat matahari bersinar melalui jendela, Raisa adalah orang pertama yang terbangun dan terkejut mendapati dirinya tertidur di pelukan Rendra. Wajah tampannya berada tepat di depan wajahnya, hanya beberapa inci jauhnya.
Bisa melihatnya dari dekat membuat Raisa tak terkendali. Pria itu memiliki kulit yang sehat dan bercahaya dan sama sekali tidak terlihat seperti berusia lebih dari 30 tahun. Kulitnya yang kencang, wajah yang menonjol serta bulu mata lentik tebal yang membentuk bayangan di wajahnya membuat pria itu sangat menawan.
Tatapannya secara tidak sengaja mendarat di bibir Rendra. Dia merasa keahausan saat mengingat ciuman penuh gairah semalam yang membuat kepalanya pusing.
Dia tidak berani membangunkan Rendra karena dia tidak tahu kapan Rendra tidur. Oleh karena itu, Raisa melepaskan diri dari pelukannya dengan perlahan–lahan dan hati–hati dan langsung turun dari tempat tidur. Saat dia melihat jam, dia menutup mulutnya karena terkejut. Saat itu sudah pukul 9.30 pagi. Dia sudah tidur terlalu lama.
Oleh karena itu, dia buru–buru membuka pintu dan secara mengejutkan menemukan Emir, dokter, dan perawat sedang menunggu di luar. Dia merasa sangat malu ketika Emir menanyakan tentang Rendra.
“Apa Pak Rendra sudah bangun?”
“Dia masih tidur,” jawab Raisa.
“Baiklah. Nona Raisa mungkin kamu bisa pergi ke kamar sebelah untuk sarapan. Kita bisa membiarkannya tidur lebih lama,” Emir menyarankan. Saat sedang makan, dia menerima telepon dari temannya, Ranti. Ranti teringat akan hari ulang tahunnya dan memutuskan untuk mentraktir Raisa makan untuk merayakannya.
Raisa dengan senang hati menerima undangan Ranti karena orangtuanya tidak berada di sisinya. Starla dan Wirawan juga sedang berada di luar negeri. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Raisa akan sangat senang menghabiskan hari ulang tahunnya bersama sahabat baiknya.
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report