Ruang Untukmu -
Bab 1060
Bab 1060
Bab 1060
“Tentu saja, Rendra adalah seorang laki–laki, dan sangat percaya diri. Bila dia tidak tahu bagaimana harus bertahan, maka kamu harus mengerti segala risiko yang ada dan menolaknya. Kamu tidak ingin menghancurkan segala yang dia miliki dengan tanganmu sendiri, bukan?” Valencia berpura–pura terlihat khawatir.
Raisa menarik napas panjang dan berkata, “Terima kasih sudah mengingatkan saya, Nona Permadi. Saya tidak akan membuat hal itu terjadi.
Mendengar pernyataannya, Valencia tersenyum. “Saya senang kamu mengerti. Saya ingin melindungi dia dari segala bahaya seperti juga dirimu. Jadi, tolong jangan katakan bahwa saya menyampaikan hal ini pada kamu. Saya takut dia akan mengejar saya. Dia tidak senang orang lain. ikut campur dalam urusannya. Mengerti?”
Raisa mengangguk. “Yakinlah. Ini hanya antara kita.”
“Kamu gadis yang baik, cantik, dan memiliki Keluarga Hernandar yang mendukungmu. Saya yakin pasanganmu nanti tidak akan kalah menarik, jadi kamu punya banyak pilihan.” Valencia menjelaskan seakan mereka adalah kakak–adik yang akrab.
Namun, pikiran Raisa kacau. Dia tidak punya waktu untuk mempertimbangkan, tapi ada satu yang sangat dia yakini benar, dan bahwa dia tidak akan pernah melakukan apapun yang menyakiti Keluarga Hernandar dan Rendra. Sinar di matanya tiba–tiba saja sirna, mengungkap kilatan melankolis. Di seberangnya, Valencia memerhatikan tatapannya, dan merasa isyarat kepahitan di dalam dirinya. Raut wajah Raisa membuktikan satu hal–dia sungguh–sungguh menyukai Rendra.
Valencia tahu bahwa sepanjang Rendra mengambil inisiatif untuk mengejar seorang gadis, maka gadis itu sudah pasti akan jatuh ke dalam pelukannya. Bagaimana bisa seorang gadis lugu seperti Raisa
menjauh dari pesona seorang Rendra? Dia sudah menghabiskan lima tahun dari masa mudanya hanya untuk membuat Rendra meliriknya! Sambil menahan rasa sakit, Valencia. mengambil botol anggur dan menuangkan isinya ke dalam gelas, dan waktu berlalu bersamaan dengan tenggelamnya dia ke dalam kepedihan bersama anggur.
pun
Ketika sudah kembali ke kesadarannya, Raisa melihat Valencia memanggil pelayan, dan berkata padanya sambil mabuk, “Ambilkan saya satu botol anggur lagi.”
Melihat hal itu, Raisa membujuknya, “Nona Permadi, jangan minum lagi. Kamu sudah terlalu
mabuk.”
“Raisa, kamu tidak tahu kepahitan yang saya rasakan. Bila kamu ada dalam posisi saya, kamu akan mengerti betapa menyakitkan mencintai seseorang tanpa bisa mendapatkannya. Saya sangat mencintainya, dan mencoba segala hal untuk bisa dekat dengannya, tapi pada akhirnya, saya tidak mendapatkan apapun.” Valencia tidak perduli memperlihatkan kerentanan dan rasa sakitnya. Dia ingin Raisa melihat bahwa dia juga bertanggung–jawab atas sakit yang dirasakan.
“Raisa, bagaimana saya tidak merasa sakit? Cinta tak berbalas adalah hal paling menyakitkan di dunia ini.” Sambil berkata, Valencia menyandarkan kepalanya pada tangannya dan mulai menangis.
Raisa menatap Valencia, tidak tahu bagaimana menenangkannya.. Dia menyodorkan sehelai
kertas tisu. “Nona Permadi, kamu sedang mabuk. Mari saya antar pulang!”
“Tidak … Saya tidak mabuk. Saya tidak ingin pulang. Saya ingin bertemu dengannya.” Valencia mengangkat kepalanya dan menyeka air matanya sebelum bertanya pada Raisa, “Raisa, apakah dia akan datang menjemputmu? Bila ya, saya akan bisa melihatnya juga.”
Valencia biasanya tidak berkesempatan untuk bertemu Rendra, dan tidak setiap orang di kantornya dapat berbicara dengan Rendra.
“Setelah mengantarkan kamu pulang, saya akan memesan taksi untuk mengantar saya.”
“Apakah kamu akan kembali ke Kediaman Hernandar?”
“Saya akan ke rumah seorang teman.” Raisa memutuskan untuk bermalam di rumah Ranti malam ini dan berbicara dengan Rendra tentang kepindahan besoknya.
“Raisa, kamu begitu beruntung dapat menghabiskan banyak waktu dengannya. Di sisi lain, bisa bertemu dengannya adalah semata keberuntungan bagi saya,” Valencia berkata dengan penuh cemburu, matanya memerah.
Raisa mengerucutkan bibirnya dan menggeleng. “Tidak, Nona Permadi, kamu salah paham. Bila ingatan ini benar, saya hanya bertemu Pak Hernandar sekitar sepuluh kali.”
Valencia menatapnya penuh curiga. “Bagaimana bisa? Bukankah mudah bagimu untuk bertemu dengannya?”
“Benar. Pak Hernandar adalah orang yang saya kagumi dan hormati. Kalaupun bertemu dengannya, saya tidak akan berani berkata banyak dengannya,” Raisa berkata jujur. Nyatanya, setelah mencium Rendra malam itu, Raisa masih menghormatinya sebagai kakak dan tidak berani memikirkan tentang hal itu lagi, apalagi berbuat salah dan berlaku sembrono di depannya. Jauh di dalam hati, Raisa bahkan juga takut pada Rendra.
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report